ini blog di buat untuk mempermudah anak-anak fakultas kedokteran UNSOED 2010 dalam berbagi segala hal antara yang satu dengan yang lainnya.

Thursday, December 9, 2010

dibalik senyum petugas pom bensin 2

Dibalik Senyum Petugas Pom Bensin


Rosmana Eko

Misi, mudah2an gak repost..... Apakah ini sudah pernah dibahas di sini? bagaimana dengan aspek QHSE dalam hal ini ya? Kebijakan dari pemilik pom atau memang perintah langsung dari Pertamina (atau perusahaan lainnya juga: SHELL, PETRONAS)?


Irwan Ariston Napitupulu

Dibalik Senyum Petugas Pom Bensin

Ketika mengisi bensin, saya sering kali ngobrol dengan petugas pom bensinnya. Kebiasaan saya memang suka mengobrol dengan siapa saja. Sering kalinya saya hanya ingin menambah wawasan saja dari hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya.

Kembali ke soal perbincangan saya dengan beberapa petugas pom bensin. Hal yang beberapa bulan ini saya tanyakan ke mereka di berbagai tempat pom bensin adalah apakah mereka tidak pusing mencium bau bensin setiap hari dan kenapa mereka tidak memakai masker penutup hidung agar mengurangi uap bensin yang terhirup.

Hal tersebut saya tanyakan, karena saya saja yang berdiri sebentar sambil ngobrol, sudah langsung pusing karena menghirup bau bensin tersebut.

Mereka, kurang lebih sepuluh orang, yang saya tanyakan semuanya menjawab bahwa sebenarnya mereka juga pusing. Mereka merasakan dada yang sesak. Dan makin parah lagi kalau pas mereka sedang sakit, katakan saja flu, perasaan sakit di dada semakin menjadi.

Ketika saya tanyakan kenapa mereka tidak memakai masker, jawaban mereka semuanya sama yaitu karena kebijakan perusahaan. Perusahaan melarang mereka memakai masker karena demi pelayanan ke pelanggan. Mereka diwajibkan untuk tetap tersenyum ketika melayani pelanggan. Mereka bilang, kalau mereka pakai masker, mereka tidak bisa lagi menunjukkan senyum mereka ke nasabah dan itu akan dianggap tidak sopan karena tidak menghargai pelanggan.

Hazrah kazrah!

Saya terkaget mendengar jawaban mereka. Jawaban mereka semuanya seragam. Jawaban mereka pun semakin diperkuat dengan iklan Pertamina di televisi yang mengutamakan senyum petugasnya ketika melayani pelanggan.

Ironisnya, dibalik senyum yang mereka berikan, ada derita yang harus mereka tanggung dengan mencium uap bensin setiap hari yang dapat memberikan gangguan yang serius kepada kesehatan mereka, khususnya paru-paru dan otak mereka.

Saya sebagai pelanggan lebih senang melihat mereka memakai masker penutup hidung, ketimbang mereka melayani dengan senyum tapi saya tahu dibalik senyumnya, mereka menanggung derita yang tidak ringan.

Melalui tulisan ini, saya mengajak kita yang peduli terhadap nasib para pekerja pom bensin untuk menyerukan kepedulian kesehatan petugas pom bensin agar pertamina dan pemilik pom bensin melengkapi petugas pom bensin dengan masker penutup hidung.

Saya sebagai pelanggan pom bensin lebih peduli kesehatan petugas pom bensin ketimbang senyuman mereka ketika mereka mengisikan bensin ke kendaraan saya. Saya sudah mulai merasa tidak nyaman karena tahu dibalik senyuman petugas pom bensin ada derita yang harus mereka tanggung akibat menghirup uap bensin.

Semoga melalui tulisan ini, nasib kesehatan petugas pom bensin bisa diperbaiki dimulai dengan memakai masker penutup hidung.
catatan:
Sekedar tambahan catatan, untuk pom bensin yang buka 24 jam, diterapkan tiga shift kerja. Kurang lebih mereka bekerja seharinya sekitar 8-9 jam. Jumlah >jam yang cukup lama untuk menghirup uap bensin terus menerus.

Silahkan di forward tulisan ini, khususnya ke mereka yang anda pikir dapat mempengaruhi untuk merubah kebijakan agar para petugas pom bensin dibolehkan memakai masker penutup hidung.



Akh. Munawir


Kasihan juga ya si petugas Pom Bensin karena secara sadar terpaksa menghirup racun.

Ketika ngisi bensin, yg penting mulai dr Nol dan Ukurannya Tepat .. ga senyum gpp asalkan ga "dilipet" mukanya...he3x.

Atau Pake Masker yg ada gambar Bibir & Gigi yg senyum pepsodent aja, sebagai substitusi petugas harus senyum klo mmng aspek senyum tsb ga boleh di Eliminasi...
Gimana hayoo....??


ebahagia


Rekan,

Karena sadar resiko ini operator SPBU di luar negeri tidak pake petugas pengisian, alias pembeli ngisi sendiri.

Kalo mau simulasi sendiri..mungkin pernah nge"tap" bensin dari tangki mobil pakai selang dan jurigen plastik, pasti sesak nafas kalo kesedot uapnya.

Sepintas mirip2 kasus para pekerja las yang di berikan supplement extra seperti jatah susu, vitamin dan pengecekan kesehatan.

Jadi pengen tahu paket kesejahteraan para rekan-rekan kita di SPBU, dapat apa aja ya selain gaji bulanan?


I Made Sudarta I Made Sudarta


Hi rekans,

Kalau bicara masalah QSHE di Indonesia pada umumnya jawabannya adalah "nanti dulu" utamakan isi perut dulu itu katanya. itulah yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Coba saja kita perhatikan jalan-jalan protokol yang rusak/berlubang/bergelombang/dsb. ini jelas-jelas merupakan unsafe condition yang siap menerkam siapa saja yang lewat, belum lagi pembatas jalan yang ada untuk busway, pelintasan kereta api, dsb, dsb, dsb....................
perilaku sepeda motor, pengemudi kendaraan roda empat, pesawat terbang, kereta api,.....wah enggak habis.....kalau dihitung satu persatu........

orang bilang itulah fakta, untuk mendapatkan hidup yang aman dan berkualitas mungkin perlu menunggu waktu yang puanjang dan penuh dengan ketidak pastian, bukan berarti pesimis khan.

Kembali ke masalah pom bensin jelas masalahnya adalah sama, si operator pompa tidak punya hak untuk selamat apalagi hidup berkualitas, siapa yang akan melindungi dia, ia dan kita. Kalau di negeri yang sudah lebih beradab jelas negara atas dasar undang-undang yang akan melindungi dia, ia dan kita.

Jadi .......apakah dengan kondisi ini kita harus berdiam diri tentu tidak, menurut teori human factor analysis and classification system, yang pada initinya tindakan tidak aman didasari oleh keterlibatan organisasi dan organisasi akan tergantung kepada kebijakan regulasi dan hukum yang berlaku. Nah kita harus mulai dari yang paling atas (waterfall affect) sehingga ke bawah menjadi lebih baik. itu harapannya.

Jadi ngelantur ya...


asoulisa@technip


Sepakat dengan pak Made.
teman-teman saya yang kerja di pabrik nasional sering cerita bahwa seringkali pekerja tidak diberi masker.
kalaupun di beri, hanya terbatas paper masker yang tidak memadai.


Crootth Crootth


Sebaiknya tidak ber ASUMSI bahwa pompa bensin adalah tempat yang resiko kesehatannya tinggi melampaui AMBANG BATAS tolerable (ALARP).
harus dihitung terlebih dahulu secara kuantitatif sebelum menyimpulkan. Saya rasa sebagai profesional, musti mempertimbangkan ini. Perkara mengapa Pertamina tidak melakukan assessment kuantitatif, silahkan ditanya yang berwenang...
Kalau berasumsi, saya bisa saja mengasumsikan kulitnya si Tina Talisa halus sekali, padahal sekalipun menyentuhnya tidak pernah....
Jadi untuk resiko, saya tidak bisa menjawabnya...karena ga ikut ngitung
Untuk urusan lain, kesejahteraan dan lain lain, no comment


Yuyus Uskara


saya setuju dengan Pak Dam,
anyway, di singapore juga ada kok gas station worker-nya, yang ngisi-ngisiin bensin, dan mereka ga pake Masker.

untuk PEL --long term, 8hours/day--Benzene di Singapore tadinya 5ppm, tapi sekarang kalo ga salah di revisi jadi cuma 1ppm

tapi katanya sih revision dari Conference on Governmental Industrial Hygienists itu 0.5ppm, saya ga tau kalo di Indonesia pake standard yang mana.

ini ada contoh study buat dari Iran masalah Exposure dari Benzene terhadap worker di petrol stations...

--mudah-mudahan bisa di attach



Rovicky Dwi Putrohari


Mengapa ngga "cara menjualnya" saja yang dirubah.
Seperti di beberapa negeri lain dimana pembeli yang ngucurkan sendiri ke tanki. Jadi dengan kenyataan bahwa bensin mudah menguap, dan biasanya penjualan bensin di tempat terbuka, maka dalam waktu sebentar uap bensin juga akan hilang tertiup angin. Tentusaja perlu dihitung kalau mau mengukur tingkat bahayanya. Senyum ? Ya, waktu membayar itulah penjualnya memberikan senyum manis ... :).

Jadi semua aman kaan ?

Wahyu Hidayat

Pak De,
Alternativenya begitu. tapi aman untuk kesehatan belum tentu safe buat personal dan fasilitas. Maksudnya, ada banyak faktor behavior orang dari eksternal yang membuat tidak safe untuk ngisi sendiri: static ignition, orang ngisi sambil ngerokok, ber-hp, ngisi ke jerigen, etc. Belum kalo misalnya ngisi tapi gak mbayar...

Alternatif engineering control lain misalnya lengkapi nosel dan selang bbm dengan vapor suction line. Vapor terecovery juga tidak ada exposure ke personal.

Pertamina perlu mempertimbangkan melakukan pengukuran 8-hour personal monitoring dan 24-hour environmental monitoring. Tidak terlalu mahal kok. Coba hubungi Hiperkes.

I Gede, Sudarka (Istech)


Dengan pelayanan ada sekarang, kan pembeli sudah dianggap sebagai raja, semuanya dilayani. Disamping hal2 dibawah disampaikan oleh rekan Wahyu, akan banyak kendalanya. Semua resiko QHSE akan tanggung jawab oeh pembeli, termasuk PPE-nya, apakah rekan2 siap untuk itu??

Enak jadi pembeli dilayani sengan senyuman ++. Untuk mengurangi resiko HSE, simpelnya saja si petugas SPBU berdiri di up-wind sehingga bau bahan bakar dari nozzle tidak terisap hidung. Yang parah justru mobil2/motor2/bajai2/toruk2/bus2, dll-nya, yang sedang antre isi BBM dalam keadaan mesin masing2 masih hidup. menurut saya disinilah resiko paling besar bagi petugas di SPBU dan berresiko untuk kita yang sedang isi BBM. Karena petugas BBM tidak bisa/limited space untuk menghindar. Kecuali angin selalu datang dari arah berlawanan anterean.

Saya kita dalam SOP-SPBU mungkin sudah ada bagaimana caranya handling satu produk BBM sesuai MSDS-nya. Silahkan rekan Pertamina share opinions.



Adryan Wisnu


Saya setuju dengan pendapat Pak Gede,

Pemabakaran tidak sempurna dari mesin yang 'idle' kayanya juga mesti ditakar sebagai faktor bahaya potensial juga pak apalagi kalau di spbu antar kota yang sering padat dan terjadi antrian, wah kayanya numpuk-numpuk tuh bahayanya

Faktor kedua yang menurut saya baik tapi penerapannya salah itu yagh senyuman itu tadi pak.
Memang pembeli adalah raja, tapi supaya lebih fair kita juga mesti ingat bahwa pelayan juga manusia [terngiang lagu dari grup band seurieus]

Alternatif solusi,
Kalau memang terpaksa tidak bisa pakai masker, maka saya mengusulkan untuk diberi suplemen tambahan susu terkenal bisa mereduksi racun yang ada di paru-paru sehingga sudah jadi rahasia umum kalau mau medical check up minum susu banyak, terutama yang merokok madu juga bisa jadi alternatif lain untuk suplemen bagi para pelayan spbu

Pada akhirnya kalau memang tujuannya mensejahterakan dan mencerdaskan bagaimana kalau setiap pelayan spbu diberi kesempatan untuk meraih jenjang pendidikan lebih tinggi dari yang sekarang mereka miliki sekaligus ada perlindungan dari Pertamina dalam bentuk asuransi kesehatan yang benar-benar gratis[cahsless] dan bermutu[jangan sekedar puskemas]

Saya yakin sudah ada yang usul seperti hal yang saya usulkan, sekarang tergantung goodwill dari perusahaan

Sebaiknya perlu dibuat peringkat perusahaan yang paling orang inginkan dan terkadang bukan hanya msalah gaji yang jadi faktor utama, tapi lebih ke fasilitas dan lingkungan pekerjaan dan kalau bisa nanti SPBU pertamina bisa jadi tempat tersebut kan OK tuw.....

Nb. kalau di fortune 500 sudah ada pemeringkatan seperti itu dan terakhir saya periksa, peringkat pertama adalah google.


Rahadian Saja

Dear Pak Wisnu,

Apa benar susu dapat mereduksi dan menetralisir racun dari B3 tersebut.
Rekan kerja kami juga ada yang bekerja di lokasi loading B3 (condensate) selama 8 jam kerja. Meskipun mereka sudah kami bekali dengan masker, tidak ada salahnya ditambah dengan suplemen tambahan (seperti susu).
Mungkin Bapak atau rekan lainnya punya referensinya bahwa susu dapat mereduksi/menetralisir racun B3 yang terhirup (seperti halnya petugas di SPBU) sebagai bahan saya mengusulkan ke manajemen kami.
Jenis susu apa yang rekomendate?


Rosmana Eko

Ternyata jawabannya banyak ya (bahkan dah kemana2 neh), tapi kok saya belum lihat dari rekan2 pertamina mengenai hal ini. Tujuan saya memforward ke sini selain klarifikasi tentang apakah kebijakan itu dari pertamina atau pemilik pom, juga seperti yang dibicarakan rekan2 lainnya apakah memang hirupannya itu cukup berbahaya bagi kesehatan (di atas ambang).

Satu hal yang menurut saya bisa dilakukan adalah dengan membuat sistem blower untuk membuang gas2 tersebut, tidak hanya uap bensin tapi juga gas2 buang kendaraan. Yang perlu diperhatikan adalah bensin yang menguap bukan karena temperatur yang tinggi saja, tetapi karena tekanan tinggi pada saat pengisian... ya mungkin banyak rekan2 lain yang punya ide2. Namun, alangkah baiknya ada rekan2 di pertamina yang bisa menangani hal ini (minimal klarifikasi bahwa semuanya masih di ambang batas kesehatan)

Thanks.

Yuyus Uskara


Mungkin dari yang HSE bisa ngasih komentar, soalnya memang ada level exposure yang membuat menghirup uap bensin menjadi berbahaya.

Rujukan saya tertinggal di rumah :)


Sigiet Wiwiet Saputro


Kalau pengin tahu bahayanya apa bisa dilihat jelas di MSDSnya. Kalo memang MSDSnya membuatnya bener, pasti ada informasi toksikologinya. Dari situ kita tahu yang disyaratkan apa saja, termasuk perlu ga pakai masker.

Saya ambil contoh untuk solar, punya NAB untuk bentuk uapnya 5 mg/m3. Dan kalo dilihat dari data toksisitas penghirupan ternyata non-toksik lebih dari 5 mg/l.


Akh. Munawir

Diesel fuel (baca: Solar) kan ga mudah menguap mas.
Dgn max. Ambient temp 40 degC sekitar pom bensin sy kira fasenya msh berupa
liquid (tdk vapourized).


hanendra agung

Bapak bapak Ibu Ibu

Mungkin perlu didesain masker transparan

Apa mugkin yaa

Yuyus Uskara

loh, kenapa ga sekalian di desain Respirator yang Full Face dengan topeng wajah bintang film yang lagi tersenyum :D


Sigiet Wiwiet Saputro


Ooo gitu, ya namanya orang awam, maksud saya pinjem aja MSDS bensin, solar, dll. Tapi mungkin lebih bahaya lagi gas CO dari kendaraan yang datang dan pergi silih berganti...

Ari Firmansyah

Hmmm, kayak yang ngisi mobilnya Kimi Raikkonnen tiap balapan donk...

Tegas Sutondo

Saatnya dipikirkan untuk menggunakan model "self service", orang yang mau beli masuk dan bayar di ruang yang terpisah dan operator melayani sambil duduk manis, minum kopi sambil dengerin MP3 ...wah pasti nyaman deh.



Yuda Faisal


Dear all,
Saya setuju dengan masalah petugas pom bensin yang kesehatannya, lama2 terancam akibat terlalu lama menghirup bau BBM. Seharusnya, pihak berwenang dari Pertamina sendiri mengetahui hal ini, atau setidaknya sedikit peduli dengan aspirasi masyarakat, contohnya melalui milist ini. Sudah jelas kan bahwa Pertamina itu milik negara, dan perusahaan ini mengelola hasil bumi Indonesia berupa minyak dan gas. Apalagi kalau kita lihat kembali bahwa bumi dan tanah airnya dikelola negara untuk kesejahteraan rakyat, ada lo di UUD. Jadi rakyat memang berhak mengontrol Pertamina yang mewakili pemerintah kita, lewat aspirasinya. Tolonglah, dengarkan aspirasi rakyat.
Memang, sudah banyak masalah ttg pelanggaran safety di negara ini, seperti safety jalan raya, dll (Post Pak Made). Dan sepertinya benar bahwa perlu waktu untuk memperbaikinya. Setidaknya, perbaikilah masalah2 yang memang bisa diperbaiki segera. Dan menurut saya, masalah kesehatan petugas SPBU ini bisa diselesaikan kok. Asalkan ada niat tulus dari pihak berwenang Pertamina, yang memang mau mendengarkan aspirasi masyarakat luas. Jangan hanya sekedar menyuarakan motto : "Pertamina untung rakyat untung", bisa2 gara2 ini berubah deh : Pertamina untung, rakyat buntung (rakyat dalam hal ini salah satunya petugas SPBU, buntung gara2 mahalnya biaya pengobatan).
Memang senyum itu penting, apalagi senyum itu bernilai ibadah. Tapi bukan senyum yang dipaksakan toh?ibadah tanpa keikhlasan tidak akan berarti apa2 lho.
Mengenai masalah kandungan kimia dll, saya kurang mengerti karena bukan keahlian saya. Asap kendaraan juga berbahaya. Yang jelas baik bau BBM maupun asap kendaraan sama bahayanya. Maka dari itu saya gunakan masker saat berkendara (bikers yeuh, hehe).
Jadi mari kita eratkan tali silaturahmi, bukan untuk saling menyalahkan, tapi untuk maju sebagai bangsa yang besar.


Baity Hotimah


Kayaknya, di Indonesia masih sulit menerapkan self services.

Selain, seperti yang Pak Wahyu katakan kesadaran "safety first" masyarakatnya masih kurang, peralatan di SPBU saya masih belum yakin.
Jadi ingat dengan kejadian setahun yang lalu yang menimpa suami saya.

Dimana nozzle terlepas, dan gasolinenya yang bertekanan tinggi langsung menyemprot muka, badan, dan motor suami saya.

Wah.. wah...

Kebayang deh kalo kita ngisi self services trus terjadi hal itu. Jangankan costemer yang belum mengerti standar safety di SPBU, petuganya saja pada saat itu tidak tanggap. Setelah suami saya teriak2 minta ambilkan (siramkan:red) air bersih ke tubuh suami saya, baru setelah dibentak, baru diambilkan airnya untuk menurunkan konsentrasi siraman gasoline tersebut. Trus yang diantar boro2 air bersih. Cek..cek..cek...minta maaf??? Kayaknya sulit juga tuh keluar dari mulut petugasnya.

Kalo menurut saya, sepertinya memang kesadaran Safety first di SPBU memang harus ditingkatkan. Polusi yang paling berat dari kendaraan yang mengisi BBM.

Untuk urusan senyum, kalo petugasnya senyumnya tulus dari hati, Insya Allah seluruh bahasa tubuhnya akan tersenyum.

Kita (costumer) akan tahu kalo petugas tersebut melayani kita dengan senyum walau mukanya tertutup masker.

Kalo senyumnya dipaksakan, kita juga tahu kalo mata, dan tubuhnya sama sekali tidak melayani dengan senyum.

So,... Keep Smile and Safety First :-)


janjonswan hutasoit

Salut kepada rekans yang mau meluangkan waktu untuk memikirkan orang lain, tetapi sebelum melangkah lebih jauh mungkin perlu kita pikirkan lagi, beberapa hal sbb:

1. Menurut saya belum jelas bahwa bekerja di pompa bensin tersebut merupakan pekerjaan yang beresiko tinggi/berbahaya,??????? (apakah hanya berdasarkan wawancara dengan operatornya???????)
Dalam risk assessment yang pernah saya pelajari resiko itu dibagi dalam beberapa kategori/level ada angka 1-25......nah kalau berdasarkan hasil wawancara....kita kategorikan di level mana?????????sehingga harus pakai masker???????.....
untuk menentukan RAnya sebaiknya punya data dulu, misalnya berapa orang yang absen karena sering sakit akibat kerja, berapa orang yang sudah rawat inap, atau berapa orang yang sudah berhenti karena sakit, berapa LTI,seberapa parah, seberapa besar kemungkinannya, dll
2. Saya setuju kalau bukan hanya bensin atau solar saja tapi juga gas CO yang lebih berbahaya yang keluar dari knalpot mobil/motor yang akan ngisi BBM
Coba dikalikan misalnya mobil butut batam plus motor 2 tak ngisi bensin perhari, berapa gas CO yang mereka hirup/hari????????

Dari Sudut pemajanan/lama tereksposure...belum jelas mereka kerja berapa jam sehari dan apakah mereka stand by terus??????
Dari sudut engineering kontrol.......apakah di msdsnya BBM tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor cuaca?????
(mis kalau angin kencang (sama dengan blower), atau kalau hujan apakah kadar uapnya akan sama?????) bukankah pom bensin di tempat terbuka???apa masih perlu blower???apa ventilasinya masih kurang baik??????
Dari sudut kesehatan ...selain pakai masker berarti mereka harus pakai sarung tangan karet juga dong
Berdasarkan tempat kejadian...saya rasa tidak hanya di pom bensin, udara di jakarta
memang mungkin sudah kurang sehat karena banyaknya kendaraan dan perusahaan.....kalau di batam saya rasa masih aman aman saja

Sebelum melangkah lebih jauh ..
demikian menurut saya pribadi


Mohamad Irfan


Untuk menentukan seberapa besar risk faktornya memang lebih baik dengan data. Tapi untuk menentukan likelihood dan consequence bisa saja dengan expert judgement berdasarkan teori yang ada dan lebih baik diperkuat hasil pengukuran. monggo saja bapak2 HSE dari pertamina or si empu-nya SPBU untuk melakukannya sehingga likelihood dan consequence bisa diketahui... mungkin untuk daerah jakarta likelihood-nya dah ketahuan amat sangat sering untuk kasus pemajanan CO dari kendaraan di SPBU pastinya, tinggal dicari Consequence-nya aja dengan melihat hasil pengukuran gas ambient di sekitar SPBU kira2 masuk kategori mana??? mungkin secara teori sih dah ketahuan jenis hydro carbon itu carcinogen (liat aja di MSDS).




sumber : http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:VrdhC1VKHFAJ:www.migas-indonesia.com/files/article/Dibalik_Senyum_Petugas_Pom_Bensin.doc+bahaya+spbu+kesehatan+petugas&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a

0 comments:

:10 :11 :12 :13
:14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21
:22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29
:30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37
:38 :39 :40 :41
:42 :43 :44 :45
:46 :47 :48 :49
:50 :51 :52 :53
:54 :55 :56 :57
:58 :59 :60 :61
:62 :63

Post a Comment


Free Counters
Get Your Free Counters